Langsung ke konten utama

Hate List


Hate List
Jennifer Brown
Penerbit Haru
368 pages
Published: September 2017
ISBN13: 9786026682017

Lima bulan yang lalu, pacar Valerie yang bernama Nick melakukan penembakan di kafetaria sekolah. Pemuda itu menembaki orang-orang yang namanya ada di dalam Daftar Kebencian yang Valerie buat.
Sebuah daftar berisi nama-nama orang yang dia dan Nick benci.

Sekarang, setelah liburan musim panas usai, Val dipaksa untuk menghadapi rasa bersalahnya ketika dia harus kembali ke sekolah untuk menjalani tahun terakhirnya di SMA. Dihantui oleh rasa sayangnya pada Nick dan Daftar Kebencian yang dia buat, bisakah Val melanjutkan hidupnya ditengah penghakiman teman-teman sekelas dan sahabat-sahabatnya?

Valerie Leftman, gadis SMA yang termasuk dalam golongan anak buangan, mendadak jadi bahan pembicaraan setelah pacarnya, Nick Levil menembaki teman-teman sekolah yang mereka benci. Berawal dari Valerie yang memutuskan untuk menghalangi peluru Nick ke arah Jessica Campbell, Nick memutuskan bunuh diri. Cerita pun dimulai, hehe. Sejak membaca blurb, saya langsung berkesimpulan bahwa si Valerie ini semacam siswa yang suka dibully, dan dia juga sama sekali nggak tau kalau Nick berniat menembak teman-teman mereka yang ada di Daftar Kebencian–Hate List.

Dari awal, saya sudah tertarik sekali dengan buku ini, terutama dengan tema yang sangat tidak biasa mengingat tokohnya adalah anak-anak SMA. Dan sebetulnya, saya nggak serta merta membeli buku ini gitu aja. Hate List memang sudah menarik perhatian sejak pertama dirilis, terutama karena covernya yang eye-catching sekali, warnanya pun kalem: hitam putih, udah gitu aja. Ditambah dengan bookmark yang unyu-unyu, saya jadi tambah mupeng deh :D
Rasa penasaran itu memuncak begitu melihat postingan salah satu orang di twitter dan blog dia. Intinya, dia mewek berat begitu sampai halaman sekian buku ini. Katanya, novel Hate List sedih banget. Dan, berhubung saya lagi pengin cerita yang mengharu biru–dan setelah menanyakan keberadaan si buku yang susah dicari ke mbak-mbak tokbuk–saya pun beli buku ini, lalu langsung dibaca hari itu juga. Berikut review lengkapnya yang nano-nano sekali, wkwk.

Dimulai dari cover. Seperti yang sudah saya bilang, cover versi terjemahan yang saya beli bagus banget. Sederhana tapi enak dilihat. Meski begitu, saya tetap suka cover versi aslinya sih yang memperlihatkan wajah Valerie sama Nick. Kalau penasaran silakan googling sendiri ya :D. Selain itu, terjemahannya lumayan enak dibaca kok, walau kadang ngerasa terlalu kaku dan formal, tapi sama sekali nggak mengganggu proses membaca, apalagi sampai membuat saya berhenti membaca–tidak sama sekali.
Nah, saya mulai merasa bosan justru begitu sampai bagian pertengahan, di mana di halaman-halaman itu orang yang tadi saya ceritakan katanya mewek. Entah karena saya jadi terlalu berekspektasi atau apa, salah satu halaman itu malah terkesan datar-datar saja. Bagian-bagian awal yang disajikan dengan bagus dan suram dan sukses membuat saya ikut merasa suram (hahaha) seolah nggak berarti apa-apa begitu sampai ke pertengahan. Memang sih, fokus cerita ini mengarah pada kehidupan Valerie setelah penembakan: di mana dia harus berusaha bangkit dan malah dianggap gila dan berpotensi bunuh diri, harus berusaha menyembuhkan kondisi psikologisnya dengan Dr. Hieler, berusaha melewati hari-hari di sekolah dengan teman-teman yang tiba-tiba jadi memihak atau nggak memihak ke dia, dan sebagainya. Jadi, diceritakan bahwa teman-teman lama Val–Stacey, Duce, dll–membenci gadis itu karena mengira bahwa dia ikut merencanakan penembakan bersama Nick. Sementara itu, Jessica–yang suka menjuluki Val dengan Suster Maut–mendadak jadi baik hati. Begitulah.. Di dalam novel ini seolah banyak yang gampang berubah pikiran. Termasuk Valerie sendiri yang awalnya nggak mau sama Jessica, lalu tiba-tiba mau temenan dan ikut OSIS segala, lalu minta keluar, lalu masuk lagi. Mungkin memang begitulah sifat orang-orang yang sedang tertekan, hehe.

Selain itu, saya juga punya pertanyaan yang sepertinya tidak terjawab hingga akhir: seperti tentang siapa itu Jeremy–yang diduga Val sebagai penyebab sikap Nick jadi seperti itu (hanya 'diduga' sampai buku selesai saya baca). Lalu ada juga Bea, di mana wanita itu membuat hari-hari Val berwarna. Dia suka warna ungu, membuat Mom terkejut saat mengetahui bahwa Bea dan Val saling kenal (seolah buku ini menjelaskan bahwa Mom juga mengenal Bea) tapi ternyata sampai endingnya pun si Bea ini bukan siapa-siapa, karena memang nggak ada penjelasannya. Kehadiran Bea yang saya harapkan berarti sesuatu di dalam cerita, ternyata hilang begitu aja setelah Valerie memutuskan untuk bangkit.

Kenangan-kenangan antara dirinya dan Nick pun hanya sedikit diulas. Di bagian-bagian awal emosi keduanya terasa sekali, tapi sampai ke tengah hingga akhir, entah itu Nick atau pun Jeremy–yang bahkan belum pernah bertemu langsung dengan Val setelah penembakan–dilupakan begitu saja.

Meskipun jalan cerita novel ini semacam berusaha menginspirasi banyak orang, saya jadi bosan karena merasa cuma disajikan keseharian Valerie yang toh seperti nggak ada klimaksnya, hanya dari putus asa, lalu mencoba bangkit, lalu memutuskan untuk menjadi Valerie yang dulu. Udah gitu aja. Masa lalu soal penembakan yang seharusnya bisa dijadikan misteri atau semacamnya (haha) ternyata berlalu begitu saja.

Walau begitu, plusnya (selain cover dan bookmark tadi) ada di kalimat-kalimat menjelang ending: cukup menyentuh meski sederhana. Selain itu, ada beberapa quote yang cukup menarik untuk saya sertakan di bawah ini :)

Kita tak bisa melihat bekas luka emosional di wajah seseorang, bukan? - hal 149

Menjadi orang buangan sejati, tanpa teman buangan lainnya, benar-benar sulit - hal 194

Menjadi cantik bukan segalanya, tapi kadang-kadang menjadi buruk rupa mengubah segalanya - hal 336

"Tapi, apakah Anda lupa bahwa saya ini Suster Maut, Gadis yang Membenci Semua Orang? Orang yang dengan senang hati akan dibenci semua orang?" - hal 339

3 dari 5 bintang :) :) :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kimi no Suizou wo Tabetai Live Action VS Novel (Terjemahan) I Want to Eat Your Pancreas

I Want to Eat Your Pancreas

Lockwood and Co. #1: The Screaming Staircase (Undakan Menjerit)

Looking for Alaska